Artikel berikut ini mengutip sebuah tulisan dari pak Arief Budiman...
CEO Petakumpet Advertising di Jogjakarta, penulis
buku 'Tuhan Sang Penggoda'.
Kisah
penuh nasehat dengan ending yang mengejutkan, dan sekaligus sebagai intropeksi diri kita...
Kenapa kita selalu dikejar-kejar banyak urusan ?
Kenapa hidup kita berantakan ?
Jangan-jangan karena jadwal sholat kita yang juga berantakan...
-------------------------------------------------------------------
"PERBAIKI
JADWAL SHOLATMU, AGAR ALLAH ATUR JADWAL HIDUPMU"
Pada suatu
hari di awal-awal saat memulai bisnis dulu, saya ketemu masalah seperti ini:
saya janjian dengan 3 orang di Jakarta. Saat itu posisi saya di Jogja tanpa
banyak kenalan di Jakarta dan cekak banget dananya.
Begini
jadwalnya: Pak A janji ketemu hari Senin siang, Pak B hari Rabu pagi dan Bu C
di hari Jumat sore. Jika saya mau gampang, saya harus berangkat naik kereta
Minggu malam dan menginap di Jakarta 5 hari dan pulang Jumat malam.
Sayanya
yang bingung: nginep dimana, biaya makannya dimana? Duh ribet, padahal janjiannya
udah di-arrange lama dan posisi orang yang mau saya temui itu Boss-boss semua
untuk penawaran kerjaan promosi.
Saya harus
mengikuti jadual mereka, saya tak kuasa menentukan jadual karena saya yang
butuh.
Pusinglah
saya memikirkan jadual yang mustahil itu. Sampai seminggu menjelang harinya,
saya ketemu seorang teman, yang ilmu agamanya lumayan.
Karena
belum menemukan solusi, saya pun curhat padanya. Teman saya mengangguk-angguk
lalu bertanya, "Jadual sholatmu gimana?"
"Jadual
sholat? Apa hubungannya?" saya keheranan.
"Sholat
subuh jam berapa?" tanpa menjawab pertanyaan saya, dia meneruskan
pertanyaannya.
"
Errr... Jam setengah enam, jam enam. Sebangunnya lah.. Kenapa," jawab
saya.
"Sholat
dhuhur jam berapa?"
"Dhuhur?
Jadual sholat dhuhur ya jam 12 lah..." jawab saya.
"Bukan,
jadual sholat dhuhurmu jam berapa?" ia terus mendesak.
"Oooh,
jam dua kadang setengah tiga biar langsung Ashar. Eh, tapi apa hubungannya
dengan masalahku tadi?" saya makin heran.
Temen saya
tersenyum dan berkata, "Pantas jadual hidupmu berantakan."
"Lhooo..
kok? Apa hubungannya?" saya tambah bingung.
"Kamu
bener mau beresin masalahmu minggu depan ke Jakarta?" tanyanya lagi.
"Lha
iya, makanya saya tadi cerita...," saya menyahut.
"Beresin
dulu jadual sholat wajibmu. Jangan terlambat sholat, jangan ditunda-tunda, klo
bisa jamaah," jawabnya.
"Kok..
hubungannya apa?" saya makin penasaran.
"Kerjain
aja dulu kalo mau. Enggak juga gak papa, yang punya masalah kan bukan
aku...," jawabnya.
Saya pun
pamit, jawabannya tak memuaskan hati saya. Joko sembung naik ojek, pikir saya.
Gak nyambung, Jek.
Saya pun
mencari cara lain sambil mengumpulkan uang saku buat berangkat yang emang
mepet. Tapi sehari itu rasanya buntu, buntu banget.
Sampai saya
berfikir, ok deh saya coba sarannya. Toh gak ada resiko apa-apa. Tapi ternyata
beratnya minta ampun, sholat tepat waktu berat jika kita terbiasa
malas-malasan, mengakhirkan pelaksanaannya. Tapi udahlah, tinggal enam hari
ini.
Dua hari
berjalan, tak terjadi apa-apa. Makin yakin saya bahwa saran teman saya itu
tidak berguna.
Tapi pada
hari ketiga, hp berdering. Dari asisten Pak A, "Mas, mohon maaf
sebelumnya. Tapi Pak A belum bisa ketemu hari Senin besok. Ada rapat mendadak
dengan direksi. Saya belum tahu kapan bisa ketemunya, nanti saya kabari
lagi."
Di ujung
telepon saya ternganga, bukannya jadual saya makin teratur ini malah ada
kemungkinan di-cancel. Makin jauh logika saya menemukan solusinya, tapi apa
daya. Karena bingung, saya pun terus melanjutkan sholat saya sesuai jadualnya.
Di hari
berikutnya, hp saya berdering kembali. Dari sekretaris Pak B.
"Mas,
semoga belum beli tiket ya? Pak B ternyata ada jadual general check up Rabu
depan jadinya gak bisa ketemu. Tadi Bapak nanya bisa nggak ketemu Jumat aja,
jamnya ngikut Mas."
Yang ini
saya bener-bener terkejut. Jumat? Kan bareng harinya ama Bu C? Saya pun
menyahut, "O iya, tidak apa-apa Pak. Jumat pagi gitu, jam 9 bisa ya?"
Dari
seberang sana dia menjawab, "OK Mas, nanti saya sampaikan."
Syeep,
batin saya berteriak senang. Belum hilang rasa kaget saya, HP saya berbunyi
lagi. Sebuah SMS masuk, bunyinya:
"Mas,
Pak A minta ketemuannya hari Jumat setelah Jumatan. Jam 13.30. Diusahakan ya
Mas, tidak lama kok. 1 jam cukup."
Saya makin
heran! Tanpa campur tangan saya sama sekali, itu jadual menyusun dirinya
sendiri. Jadilah saya berangkat Kamis malam, ketemu 3 orang di hari Jumat dan
Jumat malem bisa balik ke Jogja tanpa menginap!
Saya sujud
sesujud-sujudnya. Keajaiban model begini takkan bisa didapatkan dari Seven
Habits-nya Stephen Covey, tidak juga dari Eight Habbits. Hanya Allah yang kuasa
mengatur segala sesuatu dari arsy-Nya sana.
Sampai
saya meyakin satu hal yang sampai sekarang saya usahakan terus jalani :
Dahulukan jadual waktumu untuk Tuhan maka Tuhan akan mengatur jadual hidupmu
sebaik-baiknya.
Karena
saya muslim, saya coba konfirmasikan ini ke beberapa teman non muslim dan
mereka menyetujuinya.
Jika dalam
hidup ini kita mengutamakan Tuhan, maka Tuhan akan menjaga betul hidup kita.
Tuhan itu
mengikuti perlakuan kita kepadanya, makin disiplin kita menyambut-Nya, makin
bereslah jadual hidup kita.
Jadi,
kunci sukses bisnis ke-3 yang saya bisa share ke teman-teman: Sholatlah tepat
waktu, usahakan jamaah.
Jika mau
lebih top, tambahin sholat sunnahnya: qobliyah, bakdiyah, tahajjud, dhuha,
semampunya.
Silakan
dipraktekkan, Insya Allah jadual kehidupan kita (baik bisnis, keluarga maupun
personal) akan nyaman dijalani.
Sampai
hari ini, saya belum pernah berdoa lagi untuk menambah 24 jam sehari menjadi
lebih banyak jamnya. 24 jam sehari itu sudah cukup, jika kita tak hanya
mengandalkan logika untuk mengaturnya. Tak kemrungsung, tak buru-buru tapi
tanggung jawab terjalani dengan baik.
Jika suatu
hari saya menemukan jadual saya kembali berantakan, banyak tabrakan waktunya
atau tidak jelas karena menunggu konfirmasi terlalu lama : segera saya cek
jadual sholat saya.
Pasti
disitulah masalahnya dan saya harus segera beresin sehingga jadual saya akan
teratur lagi sebaik-baiknya.
Seperti teman-teman sekalian, istiqomah alias
konsisten menjalankan ini tentu banyak godaannya.
Tapi kalo
gak pake godaan, pasti semua orang akan sukses dong.
Jadi emang mesti tough,
kuat menjalaninya, jangan malas dan jangan cengeng...
-M. Arief
Budiman-
------------------------------------------------------------------------------
Apa yang
disampaikan pak Arief Budiman, sesungguhnya pengamalan dari hadits Nabi :
Abdullah
bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di
belakang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau bersabda, “Aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang mencelakaimu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
(Hadits sahih riwayat : Imam Tirmidzi & Imam Ahmad)
Beliau bersabda, “Aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang mencelakaimu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
(Hadits sahih riwayat : Imam Tirmidzi & Imam Ahmad)
Semoga bermanfaat yaa Sobat...